Jumat, 29 November 2013

Obesitas Gerus PDB Global Sebesar 5 Persen Per Tahun



Obesitas Gerus PDB Global sebesar 5 Persen Per Tahun 
 
Ancaman gizi buruk saat ini bukan hanya dihadapi negara berkembang maupun miskin. Fenomena gizi buruk kini juga terjadi di negara maju seiring meningkatnya pendapatan dan gaya hidup, yakni berupa kegemukan atau obesitas.

Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) memperingatkan fenomena obesitas dan kurang gizi bisa menggerus perekonomian global. Karenanya, lembaga yang berada di bawah naungan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) tersebut mendesak para pembuat kebijakan di seluruh dunia menggalakkan kampanye makanan sehat sehingga diharapkan dapat membawa kebaikan dalam bidang ekonomi maupun sosial.

Dalam laporan tahunan The State of Food and Agriculture (SOFA), Selasa (4/6), FAO mengungkapkan penurunan produktivitas dan peningkatan biaya kesehatan akibat gizi buruk diperkirakan bisa menggerus produk domestik bruto (PDB) global sebesar lima persen atau setara dengan 3,5 triliun dollar AS per tahun atau sekitar 500 dollar AS per orang. Angka tersebut hampir setara dengan PDB tahunan Jerman, negara ekonomi terbesar di Eropa.

"Perbaikan gizi akan mendorong peningkatan pendapatan dengan rasio manfaat terhadap biaya pengeluaran hampir sebesar 13 banding 1," demikian tulis FAO dalam laporannya di markas besarnya di Roma, Italia.

FAO mencatat sekitar 12,5 persen dari populasi dunia atau sekitar 868 juta orang saat ini mengalami kekurangan makanan untuk memenuhi kebutuhan energi setiap harinya. FAO menambahkan sekitar 26 persen anak-anak di seluruh dunia saat ini tertanggu pertumbuhannya akibat gizi buruk atau malnutrition.

"Sekitar dua miliar orang mengalami kekurangan nutrisi mikro dan 1,4 miliar orang saat ini mengalami kelebihan berat badan dengan 500 juta diantaranya terkena obesitas. Di negara dengan pendapatan menengah dan bawah, peningkatan obesitas secara cepat akan menimbulkan kerugian beragam," demikian laporan FAO.

Nutrisi mikro meliputi zat yang diperlukan tubuh meski dalam jumlah kecil, seperti vitamin, mineral, zat besi, dan yodium. Kekurangan zat tersebut akan berdampak jangka panjang bagi anak. Selama ini, sejumlah pakar mencatat fenomena kekurangan nutrisi mikro banyak terjadi di negara berkembang.

Kasus obesitas saat ini menunjukkan tren peningkatan signifikan. Menurut FAO, ada beberapa faktor yang mendorong peningkatan jumlah obesitas di dunia, meliputi urbanisasi, gaya hidup dan kemudahan mendapatkan makanan cepat saji atau junk food.

FAO menegaskan faktor tersebut menjadi tantangan berat bagi para pembuat kebijakan di seluruh dunia dalam mengatasi masalah obesitas. Meski demikian, lembaga itu meyakini manfaat dari upaya mengatasi obesitas sangat besar.

"Investasi untuk mengurangi masalah kekurangan nutrisi mikro, sebagai contoh, akan meningkatkan kualitas kesehatan, mencegah angka kematian pada anak, dan meningkatkan pendapatan di masa depan," demikian tulis FAO.

Upaya Jangka Panjang

Berdasarkan hasil estimasi FAO, kerugian gizi buruk diperkirakan bisa mencapai dua pertiga dari PDB global, atau setara dengan 1,4-2,1 triliun dollar AS per tahun. "Meskipun dunia telah mengalami kemajuan dalam mengatasi kelaparan, masih diperlukan sebuah upaya dalam jangka panjang ke depan. Pesan FAO adalah kita harus berjuang mengatasi kelaparan dan malnutrisi," kata Direktur Jenderal FAO José Graziano da Silva.

FOA telah menyusun sejumlah rekomendasi kepada seluruh pemerintah dunia untuk meningkatkan gizi dalam sistem makanan mereka, salah satunya melalui kebijakan di sektor pertanian, dan mengkampanyekan perubahan perilaku melalui pendidikan.

"Priorotas terhadap penelitian dan pengembangan pertanian harus dibuat lebih peka gizi, dengan memfokuskan pada hasil pangan seperti buah-buahan, sayuran dan sumber makanan hewani," demikian pernyataan FAO. mad/AFP/E-9

Tidak ada komentar:

Posting Komentar